Hadirnya Konsep Merdeka Belajar sebagai transformasi Pendidikan di Indonesia, ternyata memberikan pemahaman yang berbeda-beda pada setiap orang yang menerima informasinya. Beberapa pihak, menyalahartikannya menjadi “Bebas Belajar” atau Freedom of Learning, padahal tentu saja kedua hal tersebut sangat jauh maknanya.
Merdeka Belajar sendiri menekankan kemandirian yang terstruktur, dimana Siswanya diberdayakan untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka. Sementara makna dari Bebas Belajar, yang jika disalahartikan, dapat mengimplikasikan pendekatan yang tidak terstruktur, yang bisa saja menyebabkan perilaku belajar menjadi longgar dan tidak bertanggung jawab.
Merdeka Belajar, tetap dilaksanakan dengan bimbingan dan dukungan, yang mendorong pemikiran kritis dan pertumbuhan pribadi. Sehingga tetap menjaga keseimbangan Antara kebebasan dan tanggung jawab.
Hal diatas menjadi salah satu materi yang diangkat dalam Acara Kumpul Komunitas dan KOL dalam rangka Komunikasi Program Prioritas Ditjen PDM Gelombang 2 (PDM 07), pada 22 – 24 Juli 2024, bertempat di Avenzel Hotel & Convention.

Merdeka Belajar sangatlah penting untuk diterapkan dalam Pendidikan, alasan utamanya adalah karena Indonesia harus dapat segera keluar dari krisis pembelajaran dan dampak besarnya. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan melangkah bersama meningkatkan kualitas layanan satuan pendidikan yang berkelanjutan, demi terciptanya Sekolah yang kita cita-citakan bersama.
Terdapat lima Strategi Komunikasi Merdeka Belajar, yaitu Konten, Konteks, Kreatif, Kanal, dan Komunitas. Itu menunjukkan betapa krusial peran Komunitas dalam berlangsungnya Merdeka Belajar yang sesuai dengan visi misi diawal.

Komunitas menjadi Mitra strategis yang dapat mengurangi faktor “noise” atau “lost” dari Penerima Informasi. Termasuk untuk mendapatkan informasi valid dari target Audiens secara langsung, baik berupa masukan, kebingungan, potensi mis-informasi, dan juga dukungan.
Beberapa tipe “noise” yang menyebabkan informasi mengenai Merdeka Belajar ini tidak sampai dengan semestinya kepada Audiens, yaitu Kontekstual, Mekanikal/Teknikal, Fisik, Psikologis, Fisiologis, dan Semantik, tentunya harus diminimalisir. Dan Peran aktif Komunitas dalam hal ini pun, akan semakin terbangun jika dilandasi semangat yang sama, yaitu, Pembelajar sepanjang hayat.
Mari Kita dukung bersama Kurikulum Merdeka Belajar, demi memastikan semua Siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dengan penuh rasa tanggung jawab.
(Red.)