Ranjau dan perjuangan lahir batin perempuan dengan HIV yang berusaha untuk bertahan pada saat kondisi hamil, memiliki anak dan pasangan dengan HIV, perekonomian yang tidak mendukung, memasuki lanjut usia hingga mengalami tantangan kesehatan mental memerlukan dukungan secara moril maupun materil. Orang dengan HIV (ODHIV) kerap mengalami diskriminasi dalam kehidupan sosial baik dalam keluarga maupun lingkungan. Bahkan dirinya sendiri merasa bersalah dan malu hingga berdampak pada psikologis jangka panjang. Diperparah dengan kebijakan pada akses layanan kesehatan dan pekerjaan yang tidak terbuka luas untuknya. Hal ini berakibat langsung pada berkurangnya kualitas hidup ODHIV dan terhambatnya pencegahan dan pengobatan HIV karena ODHIV menjadi segan untuk terbuka karena sikap diskriminasi dan stigma negatif dari lingkungannya.
Pada 19 Juni 2024, Femaledigest berkesempatan mengikuti “Temu & Diskusi Ikatan Perempuan Positif Indonesia” dengan Tema “Memahami Stigma dan Diskriminasi dalam Respons HIV, Mengenal Kelompok Populasi Kunci dan Orang dengan HIV” bersama Ayu Oktariani dan Tim dari Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) serta Komunitas Emak Blogger (KEB) yang digawangi oleh Mira Sahid di Kuningan Jakarta. Dalam diskusi ini, membahas berbagai tantangan ODHIV terutama perempuan dengan HIV dalam mengakses perawatan kesehatan termasuk terapi antiretroviral agar berkelanjutan hingga kesehatannya membaik, psikososial dan hak asasinya pun perlu diberikan perhatian khusus agar kesehatan mental dan aktualisasinya terpenuhi dan terjaga.
Data kementerian Kesehatan mencatat jumlah kumulatif ODHIV dari rentang 2010-2022 berjumlah 417.778 diantaranya Laki-laki 290.262 (63.7%) dan Perempuan 168.599 (36,3%). Perempuan lebih rentan tertular HIV melalui hubungan seksual secara vaginal, faktor anatomi biologis tubuh hingga faktor sosial mencakup posisi tawar pada pasangan, tingkat pendidikan dan pengetahuan, multitasking job dan patriarki. Diperparah dengan temuan data lainnya pada rentang waktu yang sama terdapat 12.553 (3%) anak dengan HIV berusia di bawah 14 tahun yang memengaruhi kerentanan perempuan dengan HIV.
Penularan HIV Caranya Jalannya Tidak Mudah
Sebelum membahas lebih lanjut, bedakan terlebih dahulu definisi dari HIV dan AIDS. Menurut WHO, Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang kekebalan tubuh manusia sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah terinfeksi HIV.
HIV dapat menular melalui cairan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV misalnya melalui darah, cairan mani, cairan vagina dan Air Susu Ibu (ASI). HIV ditularkan melalui berbagai aktivitas yang sangat intim seperti hubungan seksual tidak aman, penggunaan jarum suntik yang terpapar HIV, melalui ibu HIV yang mengandung bayi yang dilahirkannya dan melalui transfusi darah atau transplantasi organ tubuh yang hidup dengan HIV. Jadi, untuk penularan HIV ini jalannya tidak mudah dan dasar pemikiran ini menjadikan bukan alasan untuk setiap orang menjauhi ODHIV karena dengan bersosialisasi biasa, HIV tidak begitu saja dapat menginfeksi teman bicara selagi tidak ada hubungannya dengan aktivitas intim dengan bertukar cairan atau darah yang dapat menularkan.
Mulai dengan keterbukaan
Bagi perempuan dengan HIV, masih banyak harapan yang dapat dijemput dengan melakukan upaya pengobatan. Untuk meminimalisir stigma negatif, dapat dimulai dengan bersikap terbuka baik kepada pasangan, keluarga atau kepada orang-orang yang dapat dipercaya. Dengan adanya keterbukaan maka akan mempermudah proses alur pengobatan dan solusi bagi dirinya sendiri untuk melangkah pada keputusan selanjutnya. Peran keluarga dan orang-orang terdekatnya pun penting untuk selalu terlibat agar dapat memberikan dukungan penuh secara moril maupun berbagai pendukung lainnya.
Apabila diperlukan, bergabung dengan komunitas yang mengakomodir kondisi ODHIV. Menurut Ayu Oktariani dari IPPI, sekarang sudah banyak support system yang dapat diakses bagi para ODHIV salah satunya adalah IPPI.
“Melalui IPPI, ODHIV dapat mengakses berbagai informasi yang diperlukan mulai dari asesmen, konsultasi hingga alur pengobatan berikut edukasi.” Kata Ayu.
Pengobatan dan pencegahan HIV gratis
Berikut adalah pengobatan gratis HIV yang dapat diakses:
1. Tes HIV: Tersedia di layanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit yang dirujuk oleh pemerintah dengan metode pemeriksaan tes darah dan tes air liur.
2. Pencegahan HIV: meliputi PREP – Profilaksis Pra Pajanan, PEP – Profilaksis Pasca Pajanan, Profilaksis ARV bagi bayi dari Ibu HIV
3. Pengobatan ARV selain telah tersedia di layanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit yang dirujuk oleh pemerintah juga tersedia program Multi month Dispensing yang memberikan keleluasaan pasien untuk tidak perlu datang ke layanan kesehatan setiap bulan.
Hubungi Ikatan Perempuan Positif Indonesia
Dalam proses penyembuhan membuat ODHIV tak berhenti sampai di situ namun ODHIV juga memerlukan penerimaan diri secara utuh atas kondisinya, dengan menerima diri dalam kondisi ODHIV, dapat membuatnya menjalani hidup lebih ringan dan menentukan pilihan dalam hidup dengan leluasa tanpa beban dan tanpa mengizinkan orang lain untuk merendahkannya melalui berbagai stigma negatif.
Kolaborasi dengan pihak lain seperti langkah Komunitas Emak Blogger (KEB) yang menjadi mitra publikasi terkait edukasi tentang HIV menjadi langkah konkret dalam mendukung pemahaman stigma negatif yang menjadi tonggak solusi atas support system bagi ODHIV.
Oleh karena itu, IPPI terbuka bagi ODHIV di manapun berada untuk menghubungi IPPI di berbagai kanal berikut:
Ikatan Perempuan Positif Indonesia
Alamat: Jl.Otista Raya Gg Mangga RT 01 RW 03 No.18 A Bidara Cina – Jatinegara Jakarta Timur
Telp: +6221-22116435
Email: ippi.indonesia@yahoo.com
Instagram: @ippi_Indonesia
Twitter: @ippinasional
Facebook: Ikatan Perempuan Positif Indonesia
Spotify: Perempuan Berdaya