Indonesian Dance Festival 2024, Ajak Generasi Muda Rayakan Warisan Budaya & Hargai Ekosistem Kebudayaan

Tahun ini, Indonesian Dance Festival 2024 kembali digelar. Memasuki tahun ke-34 dengan mengusung tema ‘Liquid Ranah’. ‘Liquid’ berarti cair dalam Bahasa Indonesia, dan ‘Ranah’ berarti realm dalam Bahasa Inggris menjadi konsep kuratorial yang mengajak para seniman dan penonton untuk menyelami kemungkinan-kemungkinan gerak yang cair dengan ragam eksplorasi karya dan isu seputar gender, pergelutan identitas, perjuangan atas ruang gerak, memori kolektif tubuh, mitologi hingga spiritualitas.  

Acara ini berlangsung selama 5 hari hingga 6 November 2024. Selama gelaran berlangsung, IDF menghadirkan 12 karya tari, 10 kelas lokakarya, dan melibatkan lebih dari 50 seniman multidisiplin dalam berbagai programnya. Seniman tari dan koreografer yang terlibat tidak hanya berasal dari Indonesia saja. Namun juga berasal dari berbagai negara, seperti Jepang, Filipina, Laos, Taiwan, USA, Australia, dan Prancis.

Direktur IDF, Ratri Anindyajati mengungkapkan bahwa “Tari bisa menjadi medium yang mempertemukan berbagai hal sulit. Tari juga bisa meramu isu dari konteks sosial dan politik yang ada, termasuk dekolonisasi atau mindset pelaku seni tari Indonesia yang refernsinya mesih teksbook. Ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu, 2 November 2024.

Bisik Tiga Bumi

Bisik Tiga Bumi IDF 2024
Bisik Tiga Bumi IDF 2024 (Sumber : Dok. Female Digest)

Semalam, ada yang mencuri perhatian di Graha Bhakti Budaya (GBB), kompleks Taman Ismail Marzuki. Ratusan tamu undangan dan media memadati area luar dari gedung GBBI untuk menyaksikan gelaran pembukaan Indonesia Dance Festival 2024.

Ada sebanyak 21 penari yang terlibat hasil kolaborasi Sigma Dance Theatre Indonesia, Sanggar Pelita Budaya, dan Bengkel Seni Baskara untuk membawakan Bisik Tiga Bumi, karya Benny Krisnawardi.

Acara dimulai. Semua penerangan di area gedung GBB dipadamkan. Suasana jadi mistis dan religus hanyut dalam lantunan lagu berbahasa Minang Kabau yang dinyanyikan. Dengan gerakan, tekanan, dan ritme penari dalam setiap ketukan bikin suasana makin khidmat.

Bisik Tiga Bumi IDF 2024
Bisik Tiga Bumi IDF 2024 (Sumber : Dok. Female Digest)

Selama pertunjukkan berlangsung kurang lebih 30 menit lamanya. Semua penonton dibius dengan pertunjukan yang spektakuler. “Bisik Tiga Bumi merupakan hubungan dinamis antara tiga elemen penting, yaitu bumi, manusia, dan spiritualitas, Mereka saling mempengaruhi, saling bertansformasi satu sama lain.” Ungkap Linda Agnesia, dalam sesi konferensi pers.

Tak berselang lama, para penari mulai satu persatu meninggalkan area luar gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) sambil membawa obor di atas batok kelapa dengan mengikuti lantunan lagu dan gerakan sambil mengajak para tamu undangan untuk memasuki area dalam GBB.

Bedhaya Hagoromo

Bedhaya Hagoromo IDF 2024
Bedhaya Hagoromo IDF 2024 (Sumber : Dok. Female Digest)

Gelaran Indonesian Dance Festival 2024 ini secara resmi dibuka dan dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. “Indonesia Dance Festival mampu menjadi bukti bagaimana seni membuka kesadaran kolektif dan mendorong pemajuan kebudayaan. Melalui festival ini, saya kira-kira tidak hanya meryakan karya-karya seni tari, tetapi juga merayakan warisan budaya dan kekayaan kreativitas yang melintasi batas-batas zaman, serta menghargai ekosistem kebudayaan yang terus berkembang,” kata Fadli Zon dalam pidato pembukaan IDF 2024

Pembukaan Indonesian Dance Festival 2024 juga dibuka dengan pementasan tarian bertajuk “Bedhaya Hagoromo” merupakan kombinasi antara tarian Bedhaya Jawa dan pertunjuan Noh Jepang. Didi Nini Thowok membawakannya bersama Richard Emmert (USA), Akira Matsui (Jepang), John Ogleeve (USA), dan Alex Dea (USA).

Sumber : Dok. Tim IDF 2024

Dalam sesi wawancara eksklusif Femaledigest dengan Didi Nini Thowok merupakan penari senior yang terkenal karena keunikannya dalam memadukan tarian klasik, rakyat, modern, dan komedi. Beliau mengungkapkan bahwa “Bedhaya Hagoromo” adalah kombinasi dua bentuk seni klasik, yaitu tari Bedhaya Jawa dan pertunjukan Noh Jepang. Rumusan ini sebagai terbentuk ketika adanya kesamaan cerita pada tari klasik Jawa dan Jepang, yaitu legenda Jaka Tarub. Adanya kesamaan nilai dan unsur kesamaan antara dua budaya ini menunjukkan keterhubungan sekaligus keunikan antar budaya”. Ungkap Didi.

Sumber : Dok. Tim IDF 2024

Selain koreografi, peleburan dua tari klasik ini juga dilakukan melalaui permainan musik gamelan tradisi bercorak Yogyakarta-Surakarta dan tetabuhan khas noh, lalu para pemain dipercantik dengan kostum bedhaya dengan topeng dan kipas noh, serta elemen estetika lainnya.

Dalam sesi terakhir wawancara dengan Mas Didi beliau berpesan untuk generasi muda agar selalu mau membumi, maksudnya mau belajar, mau mengenali sejarah, dan belajar dari apa yang ada disekitarnya.

Beliau juga menambahkan “disekitar kita itu sangat kaya dengan seni budaya yang tidak terhitung nilai dan kualitas serta keindahannya. Sebagai Bangsa Indonesia kita harus punya rasa bangga, karena ini salah satu cara untuk melestarikannya. Karena identitas suatu bangsa ditentukan dari seni budayanya”. Ucap Didi Nini Thowok.

(Jurnalis : Yopi Saputra | Redaktur : Hanisah Sukmawati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *