Simposium Nasional bertema “Ibu dan Ulama Perempuan sebagai penggerak dan pemelihara perdamaian Dalam Keluarga dan Lingkungan” yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Shangrila Hotel 4 Desember 2017 lalu. Menghadirkan Ibu Negara Afganistan. H.E Rula Ghani yang sengaja datang ke Indonesia untuk mengadopsi sistem pendidikan dan pengayaan dalam hal pemberdayaan perempuan di negaranya.
Dalam sambutannya, Rula Ghani menceritakan negaranya yang rawan konflik, mulai dari kekerasan pada anak dan perempuan, ketidakpastian masa depan dan berbagai teror sudah menjadi makanan sehari-hari.
“Dalam situasi tersebut, membuat kami merasa tidak bisa berbuat sesuatu. Hanya keadaan mencekam yang selalu menghantui.” Ujarnya.
“Tetapi, kami punya harapan dan cita-cita. Sejak 2016 para perempuan di Afganistan tergerak untuk berbuat sesuatu dalam upaya mengubah paradigma kekerasan menjadi perdamaian. Langkah itu dilakukan di sebuah kantor kecil menggandeng kementerian perempuan dan kementerian luar negeri serta anggota sipil. Berkumpul membahas tema “ Afghan Women and their Role in Afghan Society.”
Dilanjutkan di 2017 dengan simposium bertema “Afghan Women, Messengers of Peace” dan berangkat dari sini, organisasi perempuan Afganistan berangkat ke Jakarta untuk mendalami diskusi bersama dan mengikuti serangkaian workshop mengambil tema pembangunan perdamaian yang dimulai dari rumah oleh seorang ibu.
Rula Ghani merasa puas dengan berbagai rangkaian diskusi panel tersebut dan menjabarkan objektif untuk resolusi masalah yang dihadapi di negaranya dalam satu kesimpulan yang digarisbahawi sebagai berikut;
Menciptakan dan sosialisasikan perdamaian mulai dalam keluarga, jika sudah disosialisasikan dalam keluarga, ketika anggota keluarga berada di luar lingkungan rumah, maka akan terpatri sikap-sikap dan poin-poin perdamaian yang sudah ditanamkan dari rumah.
Promosikan sikap perdamaian antara sesama warga negara Afganistan dalam setiap prosesnya.
Memperkuat sosialisasi perdamaian antara pemerintah dan organisasi non pemerintah.
Membantu perkembangan hubungan perempuan yang berada di daerah dan pusat dalam upaya promosikan perdamaian secara menyeluruh.
Rula Ghani merasa puas dan memperoleh banyak manfaat terhadap kolaborasi yang sudah dilakukan antara Afganistan dan Indonesia dalam upaya menciptakan dan memelihara perdamaian di negara masing-masing.
Kolaborasi yang menghasilkan berbagai pemikiran dan saling bertukar pendapat ini diharapkan terus berlanjut dan selama berada di Indonesia, Rula Ghani memanfaatkan banyak interaksi dengan tokoh-tokoh organisasi perempuan Indonesia, anggota parlemen perempuan hingga ulama perempuan Indonesia.
Afganistan sebagai negara Islam mengadopsi sikap-sikap yang dilakukan Indonesia dalam upaya menjaga perdamaian. Mengingat Indonesia yang fakta kemajemukannya tinggi, terdiri dari 17000 pulau , 740 suku, 400-an bahasa daerah, 6 agama besar (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu) dan sejumlah agama minorotas; Baha’i, Sikh, Yahudi, Tao dan lain-lain. Serta puluhan etnik; Kaharingan, Sunda Wiwitan, Tolottang, Bissu, Islam Wetu Telu, Kajang dan lain sebagainya.
Kemampuan Indonesia dalam menjaga perdamaian di tengah kemajemukan itulah yang membuat Afganistan merasa perlu brainstorming dengan Indonesia dalam hal ini.