Masih ingat dengan Windy Ghemary? Penyanyi muda, cantik yang awal kepopulerannya dari sebuah ajang pencarian bakat nasional? Banyak kejutan dari cara pandangnya dalam menjalani hidup. Tak banyak sosok muda sepertinya yang peduli pada lingkungan masyarakat. Berikut hasil obrolan FD dengan Windy Ghemary pada sebuah acara yang dihadirinya di Jakarta.
Nama lengkapnya Windy Yunita Ghemary. Perempuan kelahiran 2 Juni 1993 ini sudah tertarik menyanyi sejak usia lima tahun. Karena sering mendengarkan sang ibu karaoke setiap pagi di rumahnya.
Hobinya sudah tersalurkan sejak kecil dengan menyanyi di setiap acara pernikahan saudara-saudara dan teman-teman orang tuanya. Bahkan sejak SD sudah mendulang prestasi di berbagai event dan perlombaan menyanyi se-Jabodetabek.
Mulai SMA, Windy sudah menjadikan menyanyi menjadi profesi. Dari mulai mengisi acara di gahtering, event, acara golf dan lain-lain. Windy juga Penyuka olah raga dan menari.
“Selagi banyak kegiatan-kegiatan positif yang bisa diikuti, akan aku coba terus sampai menemukan pada passion sendiri. Yang tetap bertahan sampai saat ini, ya menyanyi.” Ujar Windy.
Sejak SMA, Windy sudah bisa menghasilkan uang saku sendiri dan mampu membiayai sebagian besar biaya sekolahnya dari penghasilan menyanyi. Sampai sudah bisa menghasilkan album solo berjudul “Masih Mencintamu” garapan Posan Tobing.
“Semua yang aku raih saat ini, berkat dukungan keluarga dan keinginan keras aku dalam mencapai semuanya. Proses juga aku lalui mulai dari nol. Misalnya, saat ikut lomba-lomba menyanyi atau ketika akan mengisi acara di luar atau dalam kota, aku diantar mama naik angkutan umum dijalani dengan semangat. Sampai pada suatu waktu, di sebuah lomba nyanyi di JCC mendapat sepeda motor dan sekarang sudah bisa membeli mobil sendiri. Senangnya bukan main.” Katanya berbinar.
Rutinitas setiap hari, diisi selain dengan kuliah, latihan vokal dan promosi album solo nya, Windy juga kerap mengisi acara-acara. Seperti bulan lalu, Windy mengisi acara yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Sari Pan Pacific Hotel.
“Aku sangat suka belajar dan menghadiri berbagai seminar. Karena ini akan menambah kualifikasi dan asupan ilmu. Apa lagi jika acaranya bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Contohnya untuk acara yang diadakan KPPPA dan Serempak.id kemarin, isinya memberdayakan perempuan. Cocok banget buatku.” Katanya.
Penyuka semua jenis aliran musik ini juga memberikan pesan kepada seluruh perempuan Indonesia, agar menjaga perilaku dan saling mengingatkan dan saling memberikan pemahaman dalam upaya mencegah kekerasan terhadap perempuan. Menurut Windy, orang-orang yang berpotensi melakukan kekerasan pun sebaiknya dihindari.
“Pesan untuk para orang tua, supaya tidak kasar ketika membimbing anak. Sebab kekerasan pada anak berpotensi dari kebiasaan orang tua di rumah juga. Aku paling gemas kalau lihat berita-berita tentang kekerasan pada perempuan dan anak.” Kata Windy.
Walau masih muda, Windy terlihat matang dalam pandangan hidupnya, termasuk dalam hal prestasi. Menurutnya, prestasi yang sesungguhnya adalah yang dijalankan melalui proses dan berhasil bermanfaat bagi orang lain. Bukan sekadar title juara atau piala yang menjadi tujuan. Tapi keberlangsungan dari dampak prestasi tersebut lebih penting.
Masih dalam moment Hari Anak Nasional, Windy berpesan untuk anak-anak Indonesia supaya berkarya dengan baik dan tanamkan budi pekerti yang baik.
“Jangan jauh dengan keluarga karena keluarga adalah pengendali semua tindakan kita. Belajar setinggi mungkin dan raih segala ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan. Jika disekolahkan tolong manfaatkan dengan baik, masih banyak yang ingin sekolah tapi tidak mampu.” Katanya.
Harapan Windy ke depannya tidak muluk-muluk, dirinya ingin fokus berkarya dan merasa cukup saja. Selain itu, ingin memberikan contoh baik kepada generasi muda supaya menggunakan gadget dengan tepat. Tidak kena dampak negatifnya. Hal ini sudah dilakukan melalui orang-orang terdekatnya, misalnmya keponakan, tetangga dan lingkungan.
Terakhir, Windy juga berpesan untuk para remaja yang ingin mencapai prestasi, jangan dilakukan dengan membuat sesuatu yang heboh tetapi bertentangan.
“Kalau berkarya, berkarya benar-benar pada sesuatu yang dikuasai atau jika masih belajar, belajar jangan setengah-setengah. Jangan sampai meraih prestasi dengan cara berbuat sensasi atau instan. Belajar tanpa batas dan terus berusaha tanpa menyerah.” Pungkasnya.