Saling Mendukung di Tempat Kerja Membuahkan Prestasi Bersama

Dalam sebuah meeting, Riana menanggapi presentasi pimpinannya dengan kritis. Memberikan masukan dengan jelas disertai data di lapangan yang dikuasainya. Bahkan Riana telah menemukan kasus yang berhubungan dengan apa yang dipaparkan pimpinannya. Pendapat Riana ditampung namun tidak ada tindak lanjut yang memberi tanggapan positif. Termasuk rekan-rekan sejawatnya yang didominasi perempuan, lebih memihak pimpinannya walau Riana banyak mengemukakan kebenaran dan bermanfaat untuk perusahaan.

Alih-alih mendukung Riana, teman-teman sejawatnya sesama perempuan malah menjatuhkan Riana dengan mencari muka kepada pimpinannya.  

Contoh di atas adalah cermin dari kondisi sikap sebagian perempuan yang belum sadar terhadap saling mendukung sesama perempuan untuk sama-sama memperkuat diri dalam memupuk keberanian bahwa perempuan pun patut diperhitungkan dalam mengambil keputusan strategis.

Jika tidak ada saling mendukung dan menguatkan, bagaimana perempuan dapat mengakses kemudahan untuk mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensinya jika masih terhalang dengan kerikil-kerikil tajam yang justru datang dari sesama perempuan. Padahal, ketika perempuan mengakui kelebihan dan prestasi sesamanya, tidak berarti membuatnya lebih lemah.

Menurut data dari hasil penelitian Workplace Bullying Institute (2006) 58% perundung di tempat kerja adalah perempuan dan hampir 90% korbannya adalah perempuan juga. 

Alasan pentingnya perempuan saling support di tempat kerja, supaya hak-hak perempuan dalam berekspresi saat mengeluarkan pendapatnya leluasa tanpa tekanan atau rasa takut dengan intimidasi. Karena banyak sekali potensi-potensi yang dapat digali dari pemikiran, ide dan motivasinya. Yang mana semua sisi potensi ini jangan sampai hanya menjadi pemanis atau gimmick dalam pekerjaan. Justru dapat menjadi solusi atau cikal bakal perubahan yang lebih baik bagi perusahaan.

Saat ini banyak perempuan yang menjadi pemimpin, namun hanya di beberapa perusahaan saja dan dapat dihitung jari, jika pamor perempuan tenggelam, segala potensinya yang justru sebenarnya dapat membantu perusahaan untuk maju, malah tidak dapat didedikasikan karena terhalang dengan hal-hal  yang sebenarnya tak perlu terjadi.

Bagaimana caranya agar perempuan mendapat kekuatan untuk menyumbangkan perannya di tempat kerja? Peran lingkungan kerja dan perusahaan itu sendiri yang harus memberi peranan besar dalam menumbuhkan potensi-potensi yang dimiliki perempuan. Misalnya, memberikan hak cuti melahirkan dan cuti haid, penyediaan ruangan laktasi, memberikan kesempatan berada di level manajemen sesuai porsi dan kemampuannya yang objektif dan pemberian gaji yang setara.

Dari sisi kolega perempuan, budayakan saling mendukung mulai dari hal terkecil, misalnya tidak melakukan hal-hal yang menyinggung perasaan atau menggunakan kata-kata yang tidak patut saat berkomunikasi. Lalu, saat ingin dipandang kontribusinya tidak dengan cara menjatuhkan sesama perempuan yang dianggapnya saingan.

Proses ini tidak mudah namun dapat dilatih dan dibiasakan, jangan sampai kebiasaan-kebiasaan kompetitif yang tak sehat dibudayakan. Karena ada kebaikan bagi yang didukung dan yang mendukung, bagi perempuan yang mendukung sesamanya, akan tumbuh sikap empaty dan kebijaksanaan dirinya yang sportif dan berbesar hati. Sehingga ikut termotivasi untuk berkembang seperti perempuan yang didukungnya. Sedangkan bagi perempuan yang didukung, akan memberikan efek semangat dan motivasi untuk saling mengapresiasi serta lebih semangat dalam mengembangkan ide-idenya bagi kemajuan perusahaan juga team work-nya.

Jadi, apakah Sobat Female sudah siap untuk saling mendukung sesama perempuan di mana pun berada? Mulailah dari lingkungan terkecil, seperti dalam keluarga atau lingkaran pertemanan, jika sudah terbiasa menanamkan sikap saling mendukung maka kebiasaan ini akan terbawa di manapun ia berada. Positive vibes dari perempuan yang supporting akan lebih terpancar. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *