Bali, 6 September 2022 – Konferensi G20 merupakan momen yang sangat dinanti oleh seluruh negara yang menginginkan dampak kebaikan dari berbagai rangkaian diskusi panel dan pertemuan-pertemuan antar negara anggotanya. Manfaat ini tak hanya dirasakan oleh negara-negara anggota saja namun juga negara-negara lain yang melakukan partnership atau berkontribusi dalam keberlangsungan rangkaian KTT G20 setiap periodenya.
G20 memerlukan partner yang menampung ide, gagasan dan segala masukan yang dapat menjadi bahan referensi dalam konferensinya sehingga tinggal mematangkan dan mengerucutkan isu-isu pokok yang penting dibahas dan disegerakan penanganannya. Melalui Think 20 atau T20 semua gagasan itu tertampung menjadi bank ide dan aspirasi.
Salah satu yang ikut berkontribusi dalam memberikan dorongan dan masukan terkait aspirasi untuk kebaikan bersama yang disampaikan pada para pemimpin G20 di Think20 Summit di Bali adalah Global South Impact Community (GSIC) sebuah komunitas yang lahir dari gagasan The Rockefeller Foundation dan International Venture Philanthropy Center (IVPC) pada 6 September 2022 menyampaikan gagasan dan mengumumkan pernyataan publik resmi mereka.
Hadir sebagai Narasumber, atas nama GSIC adalah para perwakilan Asian Venture Philanthropy Network, G20 Impact Partner, dan gabungan jaringan terbesar IVPC bersama Lead Co Chair Think20, Prof. Bambang Brodjonegoro S.E., M.U.P., Ph.D. dan Deepali Khanna dari The Rockefeller Foundation, mereka bersatu dan mendukung penuh atas pernyataan resmi dan pidato pleno yang telah disepakati.
Pernyataan tersebut mencakup empat rekomendasi utama bagi para pemimpin G20, untuk memanfaatkan catalytic capital, yang akan membangun model pertumbuhan baru yang menyeluruh di Global South, pasca pandemic COVID-19. Keempat hal itu adalah:
- Mobilisasi Catalytic Finance ke Global South; Melawan aliran asimetris sumber daya keuangan bersih (dari negara berkembang ke negara maju) dengan memanfaatkan setidaknya 1% dari total kekayaan global untuk penyebaran yang menyeluruh ke Global South.
- Dukungan Pengembangan Kapasitas untuk Potensi Penyerapan Catalytic Capital; Melakukan investasi dalam pengembangan kapasitas kelembagaan yang didorong oleh kebutuhan sarana penting untuk menurunkan biaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, adalah sebuah tujuan perencanaan aksi global dari tahun 2016 hingga 2030 untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
- Mengutamakan Dekarbonisasi; menciptakan kerangka kerja global “pembangunan yang bertujuan untuk kemakmuran dengan dekarbonisasi”, yang akan diakselerasi melalui platform kolaborasi negara-negara di belahan Selatan.
- Memperkuat Respon terhadap Krisis Kesehatan Global; Berinvestasi pada infrastruktur dan kemampuan untuk memperkuat sistem kesehatan lokal.
Profesor Bambang Brodjonegoro menjelaskan urgensi kebutuhan untuk membangun sistem ekonomi global yang ramah lingkungan, tangguh dan menyeluruh setelah pandemi. Rumusan rekomendasi bersama GSIC memberikan jalan untuk menemukan titik masalah dan ketimpangan kekuatan Global North dan Global South. Rekomendasi tersebut merupakan hasil pemikiran yang disertai riset, studi banding dan penelitian secara menyeluruh yang melibatkan banyak pihak. Sehingga objektivitasnya ada.
Perspektif pun akan selalu bertambah da nada pembaruan jika melibatkan negara-negara dari Global South.
Selanjutnya Deepali Khanna, Wakil Presiden GSIC untuk Asia, memaparkan visi GSIC dari hasil pertemuan dengan Rockefeller Foundation dan IPVC adalah bentuk kolaborasi untuk membangun dialog dan tindakan yang lebih besar dalam bidang ekonomi secara global.
Deepali juga berharap bahwa negara-negara berkembang dapat bersatu saling memberikan dampak baik melalui penyerapan sistem yang dapat diadopsi dari cara yang telah dilakukan oleh masing-masing negara. Deepali juga menyinggung tentang sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia yang tak banyak dimiliki oleh negara lain, yang dapat menjadi acuan bagaimana trik pengelolaannya dalam mengatasi ketahanan pangan dan potensi-potensi lainnya. Termasuk pengelolaan energi terbarukan.
Membahas energi terbarukan, Profesor Bambang Brodjonegoro menambahkan bahwa penggunaan energi terbarukan harus segera diimplementasikan oleh setiap negara untuk meminimalisir emisi karbon yang berpotensi kerusakan pada lingkungan. Langkah-langkah yang ditempuh diperlukan berbagai program kerja sama yang berkelanjutan.
Termasuk sosialisasi ekonomi digital untuk memberdayakan masyarakat dalam peningkatan ekonomi berkelanjutan berbasis teknologi.
Naina Subberwal Batra, Wakil Ketua dan CEO IVPC dari Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) memberikan pandangan bahwa South Global bukan hanya berpotensi dalam mewujudkan peluang nyata untuk memajukan ekonomi global yang melayani seluruh masyarakat dunia.
Naina juga menyebutkan dengan hadirnya pemerintah Indonesia dan India di G20, hal ini akan membawa peluang untuk memperlihatkan potensi para pemimpin dari Impact Leaders di Asia untuk tampil di depan, yang akan diikuti oleh G20 di Brazil dan Afrika Selatan.
Peran aktif dari Global South Impact Community mempunyai visi jangka panjang dan berkelanjutan dalam mewadahi rekomendasi-rekomendasi isu sebagai inisiatif penting dari perrwakilan negara-negara Global South yang dapat dipetik manfaatnya bagi negara-negara di seluruh dunia.
Pentingnya peran Global South dalam pentas dunia, akan menguatkan perspektif bahwa strategi yang dilakukan oleh negara-negara dari Global South dan Global North berbeda. Dari sisi Global South ada strategi mendalam bagaimana ketika negara tersebut menangani kekurangan sumber daya alam, sumber daya manusia dan berbagai tatanan hidup dalam berbagai keterbatasan yang dimiliki. Sehingga dapat memberikan sudut pandang yang dapat diterapkan juga oleh negara-negara dari Global North.
Peran penting GSIC berkolaborasi dengan T20 Summit Indonesia memberikan langkah awal yang baik dalam mewujudkan keterbukaan proses kolaborasi dalam kontribusi global.