T20 Summit Mendorong Penerapan Aktivitas Digital di Negara Berkembang

Bali, 5 September 2022 – Sesi diskusi panel Konferensi Think 20 (T20) di Hilton Nusa Dua Bali dari Panelis Prof Dennis J. Snower, President of Global Solutions Initiative, Dr Mansi Kedia, Research Fellow di ICRIER, dan Prof Toshio Obi, Co-Chair Task Force 2 T20 Indonesia.

Diperkirakan 37% populasi dunia atau 2,9 miliar tidak memiliki akses internet dan dari 2,9 miliar offline, diperkirakan 96% tinggal di negara berkembang. Hal ini disampaikan Dr. Yayan Ganda Hayat Mulyana, Kepala Sekretariat Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Melihat data tersebut, banyak hal perlu dibenahi dan perlu ditingkatkan lagi baik dari segi infrastruktur, sumber daya manusia dan partisipasi masyarakat dunia dalam menumbuhkan atmosfer digital yang dapat dimanfaatkan secara merata dan aman penggunaannya.

Dr. Mulyana menggarisbawahi pesan berikut ini:

(1) Penting untuk mengembangkan kapasitas lokal untuk memastikan transformasi digital

Transformasi digital yang merata akan memberikan pemberdayaan terhadap kegiatan-kegiatan di seluruh pelosok, mengingat distribusi informasi, edukasi dan berbagai hal penting lainnya yang dapat diakses untuk menunjang dan mendukung aktivitas masyarakat dalam upaya menuju kemajuan kualitas hidupnya.

(2) Meningkatkan literasi digital di negara berkembang

Literasi sangat penting untuk memahami berbagai isu dan permasalahan. Pada saat masyarakat mencerna informasi maka dapat dipahami kondisi yang memerlukan tanggapan yang tepat. Partisipasi masyarakat dalam memahami literasi dalam kehidupannya sangat berdampak pada keberlangsungan kualitas hidup yang proaktif.

(3) Terus berupaya menyelaraskan standar protokol kesehatan global melalui kesehatan digital yang terintegrasi.

Kesehatan digital yang terintegrasi memberikan pengaruh besar juga terhadap kesehatan jasmani dan rohani masyarakat pengguna digital aktif, mengingat dalam berbagai platform digital yang tersedia, tumpukan informasi semakin tak terbendung. Ditambah lagi dengan adanya berita hoaks, fake, hate speech dan ragam modus penipuan. Maka, check up aktivitas digital dan mematuhi standar dalam berkegiatan digital juga sangat diperlukan dan dijalankan secara berkala. Baik mengacu pada undang-undang yang berlaku maupun pada konsep idealisme masing-masing individu dan kelompok.

(4) Keamanan digital karena digitalisasi membawa risiko otomatisasi dan risiko privasi data.

Masih menjadi isu penting yang perlu dibenahi, mengingat keamanan digital dalam proses aktivitas pembukaan akun suatu platform terutama platform untuk transaksi keuangan penting dibenahi dari segala sisi agar menumbuhkan kepercayaan dan kredibilitas platform yang digunakan tersebut. Juga nilai manfaatnya memberikan rasa aman dan leluasa untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mencapai inklusi dan literasi digital.

Dr. Mansi Kedia mengungkapkan bahwa pemahaman literasi digital secara umum berhubungan langsung dengan kemampuan hidup, bekerja dan belajar dalam masyarakat. Mengingat teknologi digital semakin meningkat dan sebagian besar aktivitas belajar mengajar juga berbagai bidang pekerjaan sudah mulai go digital.

Dr. Kedia juga menjelaskan bahwa tantangan literasi digital terutama di negara berkembang, masih belum memberikan solusi terhadap proses transfer edukasi kepada kelompok masyarakat tertentu terutama perempuan. Permasalahan kompleks masih terjadi, di antaranya kesenjangan terhadap kemampuan di bidang IT pada perempuan sehingga belum terbuka lebar dalam memberikan kesempatan perempuan dalam berkarir di dunia IT.

Masalah lainnya, masih ada kerentanan dalam aktivitas digital pada perempuan karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran dalam menjaga privacy. Sehingga masalah-masalah timbul dari mulai hal kecil dan menumpuk menjadi persoalan yang memerlukan penanganan dan bimbingan intensif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *