Pemberi Hak Informasi Perempuan di Pedesaan Gresik dan Bengkulu

Koran Gema Perempuan Pedesaan

Tak habis cara untuk para perempuan inspiratif di dua desa yang kurang terjangkau jaringan internet dalam mengakses informasi dan berbagi informasi. Misalnya, di Desa Mondoluku Kabupaten Gresik, ada sekelompok perempuan yang tergabung dalam Sekolah Perempuan binaan KPS2K (Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan) yang konsen dalam upaya pemberdayaan perempuan di Kabupaten Gresik. Salah satu upaya dalam memberikan edukasi dan informasi yang dibutuhkan masyarakat khususnya untuk perempuan desa yang tak terjangkau internet, mereka berinisiatif membuat surat kabar secara mandiri.

Siti Fatimah (Ibu rumah tangga) dan kawan-kawan selain mendapat pemberdayaan melalui edukasi lainnya, juga diajarkan menjadi redaksi sekaligus reporter untuk menuliskan informasi seputar kesehatan reproduksi, pendidikan keterampilan sampai seminar tentang perempuan dalam surat kabar “Gema Perempuan Pedesaan” Surat kabar ini terbit setiap 3 bulan sekali dan dikelola bersama.

“Saya walaupun tak berpendidikan tinggi, tapi punya semangat untuk belajar dan saya selalu hadir di sekolah perempuan di desa saya. Bahkan jika ada undangan seminar, selalu saya manfaatkan. Di desa saya (Dusun Dlangu) masih banyak perempuan tertinggal dan memerlukan banyak informasi agar mereka tidak banyak dibodohi. Maka, dengan adanya Surat Kabar Gema Perempuan Pedesaan ini, diharapkan sesama perempuan mendapat masukan ilmu. Seperti kesehatan reproduksi, keterampilan membuat kue dan lain sebagainya.” Kata Fatimah.

Menurut Iva Hasanah, salah satu pendiri KPS2K, Fatimah dan kawan-kawan memperoleh bahan tulisan dari pengalaman mereka pribadi saat ikut sekolah perempuan dan mengikuti seminar. Khusus materi yang lebih memerlukan sumber relevan, didapat dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang kompeten di bidangnya.

“Misalnya, untuk kesejahteraan, mereka wawancara Ketua PKK dan Kepala Desa, untuk kesehatan reproduksi, wawancara dokter atau bidan, untuk pendidikan mereka akan mencari guru dan untuk wawasan lainnya mereka banyak membaca dan nonton berita.” Ujar Iva.

Surat kabar yang terbit tiga bulan sekali ini, selalu ditunggu-tunggu masyarakat khususnya perempuan di wilayah kerja KPS2K di Gresik. Sehingga wawasan dan ilmu tertransfer dengan baik. Semua warga pun mendapat informasi yang dibutuhkan dengan kapasitas yang pas. Karena bahasanya mudah dipahami dan dekat dengan keseharian mereka.

Beralih ke Rejang Lebong Bengkulu, di sana ada sekelompok anak muda yang tergabung dalam organisasi Lentera Muda di antaranya Winda dan kawan-kawan. Lentera Muda adalah binaan dari Women’s Crisis Center (WCC) yang memperjuangkan keadilan hak-hak sosial, kesehatan dan kesetaraan gender. Lentera Muda fokus pada perjuangan perolehan hak informasi bagi warga yang tak terakses internet dan infrastruktur yang kurang baik di Desa Sumber Urip Rejang Lebong.

Winda Destriyani (kaos kuning muda), ketua, Dessy Anggaini (kerudung biru) bendahara dan anggota kelompok Lentera Muda di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Jumat (12/6). Didampingi oleh Dedek Hendry, Kepala Divisi Riset, Pelatihan dan Media Women Crisis Center Cahaya Perempuan, organisasi pelaksana Permampu di Bengkulu, kelompok yang beranggotakan perempuan muda ini mengikuti klinik menulis dan menerbitkan koran berukuran A3 terkait isu HKSR. Foto: Ng Swan Ti
Photo: www.mampu.or.id

Lain dengan model surat kabar Gema Perempuan Pedesaan di Gresik, Lentera Muda membuat surat kabar dalam media karton ukuran A3 yang terbit sebulan sekali, bernama Lentera Perempuan. Model A3 ini diinisiasi oleh Dedek Hendri yang membina Lentera Muda dalam pengelolaan redaksinya. Para anggota Lentara Muda yang diketuai Winda ini, memperjuangkan hak masyarakat setempat khususnya perempuan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Jpeg
Koran A3 Lentera Perempuan ditempel di tempat-tempat umum yang ramai dilewati

“Kami mendapat sumber berita dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, dokter, bidan, berita, seminar bahkan kami sendiri bisa menjadi narasumber. Untuk mengatur jadwal wawancara, kami biasanya janjian dulu via telepon atau menemuinya langsung untuk meminta waktunya.” Kata Winda.

Dessy Anggraini, rekan Winda menambahkan “Lentera Perempuan ini tak hanya dikhususkan untuk perempuan, siapapun bisa mengaksesnya. Walaupun isinya lebih banyak mengenai hak-hak perempuan.”

Menurut Dedek Hendri, surat kabar berukuran A3 ini sengaja dirancang agar semua orang termasuk yang sibuk berkebun atau bekerja sempat membacanya secara mudah. Karena Lentera perempuan setelah dicetak dan terbit, didistribusikan ke tempat-tempat umum yang strategis dan mudah dijangkau masyarakat.

“Jadi siapapun yang lewat atau yang habis dari kebun melewati papan tempat menempelnya surat kabar tersebut, bisa mampir membaca dulu tanpa harus repot membuka koran atau situs internet.” Kata Dedek.

Winda dan kawan-kawan semangat mengabarkan segala pemberitaan yang dapat menggerakan perempuan di desanya, khususnya perempuan remaja agar tak terjerumus pergaulan bebas serta lebih perhatian ke kesehatan reproduksi dan terus berkarya dengan cara menyibukkan diri ke hal positif.

“Kami semangat berjuang memberikan ruang untuk hak-hak perempuan, seperti hak sosial, kesehatan dan pemberdayaan lainnya melalui media Lentera Perempuan. Tak akan berhenti untuk memperjuangkannya.” Pungkas Winda dengan semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *