Pernah mengalami rasa kelelahan dalam mengasuh? Apakah hal tersebut wajar dialami sebagai orangtua atau kah pertanda hal buruk sedang terjadi kepada Orangtua? Yuk sobat Female, simak ulasan mengenai apa itu “Parental Burnout” dan bagaimana cara mengatasinya.
Selasa, 5 Oktober 2021 kemarin, Mentari Anakku mengadakan webinar seputar “Parental Burnout” bersama Mutia Aprilia P Kusumah, M.Psi., Psikolog yang memaparkan mengenai Parental Burnout.
Baca Juga : Webinar Series Mentari Anakku 2021 Telah Dimulai, Ini Dia Jadwalnya
Parental burnout bisa dialami oleh semua Orangtua terutama para Ibu. Tidak hanya dialami oleh seorang Ibu yang tidak bekerja, Ibu yang bekerja pun dapat mengalami yang namanya parental burnout. Karena itu perlu sekali sebagai Orangtua mengenali dan mendeteksi dini mengenai parental burnout.
Menurut pemaparan dari Mutia, “Ketika para orangtua mulai merasakan yang namanya stres, kelelahan yang intens dan berkepanjanagn terkait pengasuhan. Dimana kelelahan ini dirasa sudah tidak mampu lagi untuk mempertahankan pengasuhan yang optimal, hal inilah yang disebut dengan Parental Burnout”.
“Pada umumnya parental burnout terjadi ketika memiliki banyak tuntutan pekerjaan yang tidak diimbangi dengan sumber daya yang cukup dan supporting system yang baik.” Jelas Mutia.
Support System atau Sumber Daya Membantu Menghilangkan Parental Burnout
- Dukungan Dari Orang Sekitar
- Aktivitas dan Networking
- Mendapatkan Ilmu Seputar Parenting
- Percaya Diri Mampu Menjadi Orangtua Yang Baik
- Kemauan Mendapatkan Bantuan
Mendeteksi Tanda-Tanda Parental Burmout
Terkadang masih banyak Orangtua yang belum paham mengenai apa itu parental burnout dan bahkan ada juga yang sudah paham tetapi mencoba denial atau menyangkal bahwa dirinya sedang mengalami parental burnout.
Sebenarnya apa saja tanda-tanda parental burnout? Mutia pun memberikan kepada peserta webinar apa saja tanda-tanda orangtua mengalami yang namanya parental burnout :
- Diri merasa hampa dan kesepian. Padahal masih berinteraksi dengan orang sekitar.
- Merasa kewalahan sehingga membuat fisik lelah dan tidak jarang mengalami emosional berkepanjangan.
- Kualitas pengasuhan terhadap anak-anak menjadi menurun dan tidak sebaik sebelumnya.
- Abai terhadap kebutuhan anak dan hanya memenuhi kebutuhan yang dirasa penting saja.
- Berjarak emosional dengan anak.
- Muak terhadap peran sebagai orangtua dan ingin melarikan diri dari kehidupan.
- Mulai sering menunjukkan agresi fisik atau verbal kepada anak.
Jika Sobat Female yang sudah menjadi orangtua dan merasakan tanda-tanda diatas, artinya sedang mengalami parental burnout.
Konsekuensi Parental Burnout
Lalu apakah ada konsekuensi dari orangtua yang mengalami parental burnout? Banyak konsekuensi yang dialami jika ada orangtua yang mengalami Parental Burnout, seperti :
- Konsekuensi Untuk Diri – Sering mengalami yang namanya gangguan tidur, masalah kesehatan, ingin konsumsi alcohol dan bahkan cenderung meningkat serta tidak jarang muncul pikiran untuk bunuh diri.
- Konsekuensi Untuk Pasangan – Sering terjadi konflik pada pasangan dan bahkan meningkat, tugas pasangan dalam pengasuhan menjadi lebih berat dan pasangan pun rentan akan mengalami permasalahan parental burnout.
- Konsekuensi Untuk Anak – Anak akan memiliki risiko sering diperlakukan kasar (baik itu fisik maupun verbal) dan kebutuhan sang anak akan diabaikan
Mencegah dan Mengatasi Parental Burnout
Bagi Sobat Female yang saat ini merasa sedang dalam situasi akan mengalaminya atau bahkan sedang mengalami parental burnout, tidak perlu bersedih dan khawatir berkepanjangan. Parental burnout bisa diatasi bahkan dicegah.
Berikut ini adalah cara mencegah dan mengatasi parental burnout:
- Self-care
Mengisi tangki emosional diri dengan melakukan selfcare. Belajar mencintai diri dengan melakukan selftalk di pagi hari.
- Penerimaan Diri dan Anak
Tidak ada manusia yang sempurna, karena itu dengan mencoba menerima kekurangan diri, pasangan dan juga anak adalah salah satu cara mengatasi parental burnout.
- Olahraga
Jika tubuh sehat, maka akan mempengaruhi pola pikir. Oleh sebab itu, buat waktu untuk rutin melakukan olahraga. Agar tubuh bugar dan pikiran pun sehat.
- Buat Target Realistis
Yang memahami kemampuan diri adalah diri sendiri. Karena itu buatlah target hidup atau target pekerjaan yang sesuai dengan realistis. Hal ini mengurangi stres jika target tidak tercapai. Sebab kita tahu bahwa stres yang berkepanjangan akan menimbulkan parental burnout.
- Be Mindful
Be mindful disini adalah salah satunya melakukan meditasi. Seperti melakukan latihan napas 4-7-8 dan butterfly hug
- Pertemanan Positif
Lingkungan yang positif akan menciptakan pola pikir yang positif juga, karena itu mendapatkan networking dan pertemanan yang positif menjadi salah satu cara mencegah yang namanya parental burnout.
- Cari dan Terimalah Bantuan
Jangan malu untuk meminta bantuan. Terkadang ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, terkadang memerlukan bantuan ornag lain untuk mendapatkan masukan dan untuk tempat berkeluh kesah. Jika perlu jangan ragu untuk meminta bantuan kepada psikolog atau psikiater.
Sekali lagi sebagai orangtua perlu memahami, mengenal bahkan mengatasi yang namanya parental burnout agar pola pengasuhan terhadap anak berjalan dengan baik. Anak dapat tumbuh dengan baik di masa pertumbuhannya, tidak hanya itu diri pun dapat menjalani kehidupan yang bahagia.
(Cilya Marthalena – Dok.Pri)