Kehamilan merupakan anugerah yang tak terkira bagi setiap pasangan yang sedang menantikan kehadiran buah hati. Ketika dua garis merah memberikan tanda positif maka segala perhatian pun tercurah pada janin yang hidup di dalam rahim ibunya. Ada kalanya kabar baik itu datang dalam wujud bayi kembar, yang menimbulkan perasaan bahagia luar biasa. Namun tak selamanya keajaiban ini dapat berjalan dengan sempurna. Kehamilan kembar perlu mendapatkan perhatian lebih terutama jika diketahui bahwa jenis kembarnya adalah identik dengan satu plasenta yang dapat mengakibatkan Twin to Twin Transfusion Syndrome.
Janin kembar identik berasal dari satu sel telur yang setelah dibuahi terbelah menjadi dua. Twin to Twin Transfusion Syndrome adalah kondisi dimana janin kembar mendapatkan nutrisi secara tidak seimbang karena harus berbagi satu plasenta. Janin yang satu akan mendapatkan supply yang lebih banyak atau dikenal dengan istilah resipien, sementara janin lainnya mendapatkan supply yang lebih sedikit dan disebut sebagai pendonor bagi resipien.
Dijelaskan oleh Dr. Yasmina Ismail, SPOG, dari Rumah Sakit Medika Permata Hijau Jakarta, “Ada kalanya tali pusat bayi yang menuju ke plasenta tidak sempurna. Jika seharusnya masing-masing janin memiliki tali pusatnya sendiri, ada kejadian dimana satu tali pusat terbagi lagi untuk kedua janin.” Risikonya adalah ukuran dan berat badan janin akan berbeda antara resipen dengan pendonor. Janin resipien akan tumbuh lebih besar, lebih aktif dan agresif. Sementara janin pendonor mengalami hal sebaliknya. Pada kasus tertentu bahkan dapat menyebabkan kematian pada janin pendonor saat masih di dalam kandungan.
Jika terjadi hal tersebut, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah melakukan operasi caesar atau menunggu janin resepien cukup bulan untuk dilahirkan jika kondisinya memungkinkan. Tindakan operasi harus dilakukan jika kedua janin berada pada satu selaput ketuban atau yang dikenal sebagai monoamnion-monokorion. Sementara janin yang berada pada selaput ketuban berbeda atau diamnion-monokorion, bisa menunggu hingga waktunya tiba, bahkan persalinan bisa dilakukan secara normal.
Hingga saat ini dunia kedokteran belum menemukan secara pasti penyebab terjadinya Twin to Twin Transfusion Syndrome sehingga tidak ada cara untuk mencegah hal tersebut. Namun untuk mengurangi risiko ibu hamil bisa mengenali tanda-tandanya, seperti gerakan bayi yang terlalu aktif. Bisa jadi gerakan yang dirasakan oleh ibu hamil hanya berasal dari satu janin saja, sementara janin yang satunya terlalu pasif. Selain itu ibu hamil juga akan merasa terlalu lelah dan pusing bahkan setelah melewati trimester pertama.
Janin kembar identik sudah bisa diketahui sejak minggu ke duabelas kehamilan. Sejak saat ini ibu hamil bisa secara rutin melakukan kontrol kandungan setidaknya satu bulan sekali. Untuk kehamilan kembar identik ada baiknya dilakukan setiap dua minggu sekali. Jika ibu hamil merasa terlalu lemah dan pusing yang tak tertahankan, mintalah kepada dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti tes darah agar keluhannya bisa ditangani secara tepat.
Idealnya janin akan mendapatkan nutrisi dan oksigen dari ibu hamil melalui plasenta atau yang sering juga disebut ari-ari. Ketika ada dua janin yang harus berbagi satu plasenta, ibu hamil harus betul-betul memperhatikan asupan makanan agar kedua bayinya bisa mendapatkan nutrisi yang cukup. Biasakan konsumsi makanan yang bergizi seimbang, minum vitamin yang diresepkan oleh dokter secara disiplin dan lengkapi dengan susu ibu hamil.
Jika Anda adalah pasangan atau keluarga dari seseorang yang sedang hamil kembar identik terutama yang mengalami tanda-tanda Twin to Twin Transfusion Syndrome, sebisa mungkin berikanlah dukungan agar tetap semangat menjalani kehamilan hingga tiba saatnya melahirkan.
-DZ-