Ramadan memang akan berakhir, namun kesuciannya senantiasa terjaga sepanjang waktu. Bagi kaum Muslim, hadirnya Ramadan bukan hanya sekadar seremonial belaka, melainkan Ramadan juga menjadi momentum pembiasaan diri untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun lahir batin.
Di masa pagebluk Covid-19 ini, kita perlu sekali untuk memperhatikan kesehatan tubuh ketika berpuasa. Jangan sampai tubuh terlalu lelah, asupan berupa vitamin dan makanan yang sehat dan bergizi tinggi juga perlu diperhatikan.
Lalu bagaimana dengan mengontrol diri kita agar tidak mudah tersulut oleh emosi sesaat? Nah, beberapa waktu yang lalu, tepatnya sebelum memasuki Ramadan, Female Digest mengadakan webinar online bersama Diah Mahmudah (Psikolog dan Psikoterapis) dan Dandi Birdy (Psikoterapis dan Founder Biro Psikologi Dandiah) dengan mengangkat tema “Detoks Emosi Menjelang Ramadan”.
Kegiatan keren ini dimoderatori langsung oleh Ani Berta selaku Founder dari Femaledigest.com dan dipandu sama MC kesayangan kita Hani S. selaku Editor di Femaledigest.com serta Sobat Female yang tersebar di seluruh Nusantara dan bahkan yang berada di Luar Negeri.
Untuk menjawab pertanyaan diatas. Sebaiknya dari diri kita sendiri yang mulai sadar untuk membuang berbagai energi negatif yang masih disimpan. Mengapa masih ada orang yang menyimpan energi negatif di masa lalu? Padahal, kita tahu bahwa menyimpan energi negatif itu sama sekali tidak bermanfaat bagi kesehatan mental. Bahkan sebaliknya akan menimbulkan pemicu yang menyebabkan kita sering marah yang di luar batas normal.
Orang yang suka marah-marah akan menimbulkan beberapa penyakit jiwa, seperti Psikosomatis: dalam bentuk migrain, vertigo, asam lambung naik, asma. Lalu, depression: dalam bentuk merasa bersalah (self blaming), menyesal berkepanjangan. Diskoneksi dan mental blocking, dan merasa hampa ketika beribadah.
Menurut Diah Mahmudah dalam Anger Management, Seseorang yang marah baik itu bertipe anger-in (marah dengan bersikap diam diri), dan anger out (marah dengan bersikap meledak-ledak tanpa melihat situasi) adalah sikap yang tidak baik.
Perlu untuk diketahui bahwa melepaskan anger-in atau anger-out itu perlu management anger yang tepat, agar respon orang lain terhadap diri kita akan baik, begitupun sebaliknya. Lalu apa saja sih yang perlu kita butuhkan selama Ramadan agar tetap bisa mengontrol emosi.
Ada 4 konsep yang disarankan oleh Diah Mahmudah dalam melepaskan emosi.
Aware, yaitu menyadari siapa yang telah menyakiti kita dimasa lalu. Luka apa yang masih belum bisa dilepaskan. Misalkan: Perilaku Orang Tua kita yang selalu membanding-bandingkan anak pertama dengan anak yang kedua. “Ih, kok kamu tidak seperti kakakmu yang jago masak?”. Artinya kita masih merasa ada sakit hati dengan ucapan Orang Tua yang berperilaku tidak adil terhadap anaknya.
Accept, yaitu menerima segala bentuk kondisi diri sendiri. Marah, kesal, gundah gulana. Hal itu wajar terjadi pada setiap orang. Tidak perlu menghakimi diri sendiri atau justru menyembunyikan diri.
Allow, yaitu setelah menerima kondisi diri sendiri, selanjutnya kita mulai untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat dengan penyaluran yang tepat misalnya menangis keras-keras, mengeluh untuk sesaat, memukul bantal, kecewa dengan diri sendiri. Sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup, dan ajak diri kita untuk berdialog.
Forgiving, yaitu melepaskan seluruh kegelisahan yang ada pada diri kita. Biasanya forgiving ini hadir ketika kita mulai memaafkan orang-orang yang telah menyakiti kita. Biasanya ada kondisi tubuh kita ingin muntah secara mendadak, marah-marah dan biarkan itu terjadi dengan sendirinya.
Terakhir, dengan melakukan 4 tahapan melepaskan emosi yang disarankan oleh Diah Mahmudah. Insya Allah beban yang ada di dalam tubuh akan sedikit berkurang dan beban ransel akan terasa lebih ringan. Dan kita siap untuk tetap semangat menjalan ibadah puasa dengan khusyuk.
(Yopi Saputra)