Baby Blues dan Gangguan Psikologis Pasca Melahirkan

Selama kehamilan para calon Ibu mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kehadiran buah hatinya. Hingga sering kali terlupakan bahwa ada satu bagian penting yang juga perlu disipakan, yaitu kesiapan psikologis seorang Ibu. Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan gangguan psikologis pasca melahirkan, yaitu faktor biologis, psikologis dan sosial. 

Secara biologis, perubahan hormon bisa mengganggu kondisi psikologis. Atau adanya kondisi tertentu seperti pengalaman di masa lalu yang kurang menyenangkan, baik di dalam keluarga maupun pada diri sendiri.

Secara psikologis, gangguan bisa datang dari pemikiran-pemikiran negatif seorang Ibu, adanya kekhawatiran yang berlawanan dengan rasa perfeksionis, juga karena body image issue.

Sementara itu, kondisi kesehatan bayi atau adanya komplikasi saat kehamilan, usia pernikahan yang belum matang, kehamilan yang tidak direncanakan, kesulitan memberikan ASI kepada bayi hingga masalah finansial, merupakan gangguan yang datangnya dari faktor sosial.

Gangguan psikologis yang umumnya terjadi pada Ibu yang baru melahirkan adalah Baby Blues dan Postpartum Depression (PPD). Yaitu kondisi di mana seorang ibu mengalami perasaan cemas yang berlebihan pasca melahirkan. Jika Baby Blues dialami pada awal kelahiran bayi, sekitar 1-2 minggu pertama, PPD berlangsung lebih lama dari itu.

Baby Blues dan PPD berdampak buruk bagi Ibu dan bayi. Sebelum hal itu terjadi, sebaiknya Sobat Female bisa mengenali tanda-tanda gangguan psikologis yang disampaikan oleh Jessica Christina W, S.Psi, M.Psi, pada webinar “Baby Blues dan Kondisi Psikologis Pasca Melahirkan” yang diselenggarakan oleh Awalmula Surabaya.

Baby Blues

Baby Blues adalah kondisi psikologis yang terjadi karena perubahan hormon, lebih tepatnya penurunan hormonal estrogene dan progesterone.  

Sebanyak lima puluh hingga delapan puluh persen Ibu yang baru melahirkan mengalami hal ini. Gejalanya adalah Ibu kesulitan untuk tidur dan istirahat karena merasa cemas yang berlebihan. Gejala lain menunjukkan hilangnya  nafsu makan. Bahkan Ibu bisa merasa sedih, mudah tersinggung dan mudah menangis.

Namun, pada kondisi ini seorang Ibu tetap bisa merawat dirinya sendiri juga bayinya. Dan seiring berjalan waktu, Baby Blues bisa hilang dengan sendirinya.

Postpartum Depression

Sekilas gejala PPD mirip dengan Baby Blues, tetapi tingkat kecemasan pada PPD lebih tinggi dan berulang setiap waktu. Ternyata PPD bisa terjadi selama masa kehamilan dan di awal bulan setelah melahirkan. Rentang waktunya lebih lama dibandingkan dengan Baby Blues, bisa terjadi hingga 3-6 bulan setelah melahirkan.

PPD dialami oleh lima belas hingga dua puluh persen Ibu baru dengan gejala yang bisa dilihat secara fisik, kognitif dan emosi. 

Secara fisik, Ibu yang mengalami PPD akan sulit tidur dan terjadi perubahan pada energi serta pola makan dan berat badannya. Secara kognitif, Ibu akan kesulitan untuk konsentrasi dan tidak bisa mengambil keputusan, hingga tidak lagi bisa merawat diri dan bayinya dengan baik.

Secara emosional, Ibu akan merasakan kesedihan yang terus menerus dan tidak berhenti cemas, merasa bersalah dan bersikap menghindar dari orang-orang di sekitarnya.

Mengatasi Baby Blues dan PPD

Jika Sobat Female mengalami tanda-tanda Baby Blues atau PPD, sebaiknya segera mengambil langkah agar kondisi ini tidak semakin memburuk. Jessica membagikan tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi Baby Blues dan PPD sebagai berikut. 

Beritahu Pasangan dan Orang Terdekat

Yang perlu dilakukan adalah memberitahu pasangan terkait kondisi yang dialami sebagai bantuan pertama dari orang terdekat. Sebaian orang bisa saja enggan memberitahukan kondisinya karena takut dianggap berlebihan. Namun semakin cepat Ibu mendapatkan pertolongan maka akan semakin cepat pula Ibu merasa pulih kembali.

gangguan psikologis pasca melahirkan

Selain kepada pasangan, Ibu juga bisa memberitahu orang tua, keluarga atau teman. Jika orang-orang di sekitar memahami kondisi psikologis yang sedang dialami, maka akan terasa lebih nyaman menikmati peran sebagai Ibu.

Meminta Bantuan Profesional

Ada kalanya bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater dibutuhkan. Indikator Ibu perlu bantuan profesional diantaranya adalah :

  1. Terus merasa tidak nyaman meski telah melakukan perubahan gaya hidup
  2. Depresi dan kecemasan semakin parah
  3. Merasa sulit untuk mengurus diri sendiri dan bayi
  4. Sama sekali tidak menikmati peran sebagai Ibu
  5. Tidak dapat makan dan tidur dengan baik
  6. Memiliki pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain

Diri Sendiri Mulai Bertindak

Selain dari orang terdekat dan bantuan profesional, Sobat Female juga bisa membantu diri sendiri. Caranya dengan meluangkan waktu untuk relaksasi dan melakukan hal-hal yang disukai. Ketika merasakan banyak sekali tantangan yang dihadapi, catat tantangan tersebut agar lebih mudah merencanakan bagaimana cara mengatasinya. 

Buatlah daftar nama orang-orang terdekat yang bisa dihubungi ketika dibutuhkan. Atau jika lingkungan sekitar tidak cukup mendukung, Sobat Female bisa bergabung dengan komunitas para Ibu untuk mendapatkan dukungan eksternal.

Memiliki buah hati merupakan tanggung jawab yang besar bagi kedua orang tua. Tentu kita semua berharap tanggung jawab ini dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Maka, bukan hanya para Ibu yang perlu mengetahui risiko gangguan psikologis pasca melahirkan. Para Ayah atau calon Ayah pun bisa mencari tahu lebih banyak akan hal ini,  agar bisa mendampingi keluarga baru dengan sebaik-baiknya.

-DZ-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *