Seorang ibu yang uring-uringan karena begitu banyaknya tugas mulai pekerjaan domestik, menemani anak belajar, pekerjaan kantor dan masih banyak lagi. Multitasking seorang ibu membuat predikat “supermom” disematkan. Terlihat kuat namun ada kerapuhan dalam jiwanya karena tidak punya kesempatan untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri atau menuangkan aktualisasi yang dapat memberikan efek kesenangan bagi jiwanya.
Pada 16 April 2022, Psikolog Wirdatul Anisa, M.Psi. memberikan pencerahan bagi para ibu di manapun berada melalui webinar “Menjaga Kesehatan Mental Ibu di Era Pandemi” yang diselenggarakan oleh Lab Belajar Ibu.
Berdasarkan kenyataan yang dipaparkan di awal, itulah mengapa pentingnya kesehatan mental ibu maka Psikolog Wirdatul Anisa mengemukakan empat alasan sebagai berikut:
1. Kesehatan mental dapat memengaruhi keberfungsian dan aktualisasi diri ibu, seorang ibu dapat menjalankan seluruh tugas dan fungsinya sebagai ibu, istri dan orang yang mempunyai kontribusi di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat jika hati, jiwa dan pikirannya sehat dan dalam keadaan tenang.
2. Ibu dapat mengalami gangguan mental seperti cemas dan depresi, walau terlihat multitasking dan kuat jika tidak diberikan hak-haknya untuk beraktualisasi diri, semua perasaan tidak nyaman itu akan meledak sewaktu-waktu karena terakumulasi dari perasaan tidak nyaman yang tak diselesaikan atau dicarikan solusinya.
3. Kesehatan mental ibu dapat berpengaruh banyak terhadap pola asuh yang diberikan, anak yang dibesarkan oleh seorang ibu yang cenderung temperamental, moody tidak akan optimal perhatian dan kasih sayangnya karena yang diterima anak, ibunya selalu menekankan sesuatu yang menjadi keinginan dan harapan ibunya semata tanpa memedulikan perasaan anaknya. Ini adalah sebagian contoh. Banyak manifestasi pola didik anak yang berpengaruh dari kesehatan mental ibu. Hal ini juga sifatnya jangka panjang, akan memberikan efek innerchild ketika anak dewasa.
4. Happy mom, Happy kids, jika ibu bahagia otomatis akan meberikan efek bahagia juga pada anak-anaknya. Karena energy dari orang-orang terdekat dapat dengan mudah terserap.
Faktor Pengaruh Kesehatan Mental
Psikolog Wardiatul Anisa memberikan insight terkait faktor yang memengaruhi kesehatan mental ibu yang ditinjau dari Biopsychosocial Model, diantaranya:
Biological, faktor genetic, riwayat penyakit, kondisi hormon dan efek dari penggunaan obat-obatan serta alcohol.
Psychological, berhubungan dengan kepercayaan diri, emosi, kemampuan untuk gigih dan bertahan, IQ dan lain-lain
Social, pengalaman sosial dari lingkungan terdekatnya, keluarga, trauma atas kejadian masa lalu, perlakuan diskriminasi dan lain-lain.
Tanda Kondisi Mental Sedang Kelelahan (distress)
Perlu dipahami juga tanda-tanda mental yang kelelahan agar mudah terdeteksi dan dapat dicarikan segera solusinya. Berikut tanda-tanda kondisi mental lelah yang dijelaskan Psikolog Wardiatul Anisa:
Perasaan, cenderung sensitive, mudah muncul perasaan negatif. Segala hal yang ditemuinya seolah semuanya tidak memberikan kontribusi baik baginya. Lalu emosi pun menjadi tidak stabil.
Pikiran, jika merasa sulit konsentrasi dalam beraktivitas lalu mudah teralihkan ke hal lain, ini juga menjadi tanda kelelahan. Lalu pikiran merasa kosong dan hampa menimbulkan pikiran-pikiran negatif yang mudah datang. Jika semua hal sudah dipandang negatif dalam persepsi dirinya, bisa membahayakan dan merusak kehidupan sosialnya.
Perilaku, sulit tidur pada malam hari, produktivitas menurun, menarik diri dari lingkungan sosial dan membuat pengalihan cenderung pada hal-hal negatif.
Solusi Agar Ibu Sehat Mental
Jika tanda kelelahan mental sudah mulai terdeteksi, segera lakukan self-care bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan profesional psikolog.
Self-care bisa dengan mengoptimalkan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing, mengolah emosi dan kemarahan dengan bijak dan menjalin hubungan baik dengan semua orang. Bersikap terbukalah tentang apa yang ingin disampaikan kepada siapapun dengan komunikasi yang baik.
Cari solusi dan support system di lingkungan terdekat, delegasikan tugas dengan orang yang bisa diajak kerja sama, diskusikan pembagian peran bersama suami dan beri pengertian anak-anak agar dapat membanu ibu sesuai kapasitas yang bisa dilakukan anak. Sesederhana membereskan mainan setelah bermain, menaruh pakaian kotor pada tempatnya dan lain-lain.
Semua proses self-care ini dapat dilatih setiap hari. Jika sudah tak dapat ditangani sendiri da nada efek samping dengan kesehatan, segera hubungi profesional.