Menggali Kemampuan Public Speaking Melalui Seni Berbicara

Public Speaking adalah salah satu turunan dari ilmu komunikasi yang terjadi di segala lini kehidupan, Baik dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan, pekerjaan, pendidikan maupun lingkungan masyarakat. Pernahkah Sobat Female dituntut untuk menyampaikan sambutan dalam acara pesta ulang tahun teman atau acara-acara pentinmg lainnya? Lalu harus menjalani rangkaian interview untuk suatu kegiatan?

Jika pernah, apakah merasa percaya diri atau sebaliknya? Bagi yang belum merasa percaya diri, mari simak penjelasan dari Renata Tirta Kurniawan, S.Si., M.Si, praktisi dan akademisi Public Speaking dan Performing Arts. Menurutnya, seseorang yang tidak percaya diri saat dituntut untuk berbicara di depan umum, sebenarnya bukan merasa tidak mampu namun lebih merasa tidak tahu bagaimana memulainya.

Renata menganjurkan setiap individu untuk mengubah mindset saat akan memulai berbicara di depan orang banyak, dari berpikir takut salah menjadi berpikir tidak akan berbuat salah. Lalu tanamkan kata-kata positif yang mampu menambah kosa kata pada saat berbicara, bukan sekadar mengeluarkan kata-kata monoton tanpa makna.

Kemampuan public speaking seseorang jika dikombinasikan dengan rasa percaya diri, akan mejadi suluh penyemangat yang mendorong kemampuan berbicaranya lebih lancar lagi. Jadi, terpenting di sini adalah soal kepercayaan diri dulu, masalah improving hal-hal lainnya dapat menyusul.

Renata Tirta Kurniawan, S.Si., M.Si

Mengapa Penting Memiliki Kemampuan Public Speaking?

Public Speaking adalah skill yang tak tergantikan. Pada saat meeting, melobi pekerjaan, wawancara, menyampaikan presentasi dan lain-lain akan terus dibutuhkan. Ditambah era digital yang semakin membutuhkan perangkat elektronik yang tak lepas juga memerlukan kemampuan public speaking sebagai media perantara komunikasi yang dituntut clear penyampaiannya.

Banyak juga platform digital yang memerlukan media dengan penyertaan public speaking agar pesan tersampaikan dengan tepat kepada audiens. Misalnya, jasa voiceover, presenter, moderator dan lain-lain. Jadi, tak ada lagi alasan untuk menganggap bahwa kemampuan public speaking ini tidak diperlukan.

Tip Lancar Berbicara

Renata membagikan cara agar lancar berbicara di depan umum, dijelaskan beberapa persiapan yang merujuk pada sebuah penelitian tentang perhatian audiens terhadap pembicara di depannya. Renata membagi dalam tiga bagian poin perhatian audiens melalui Based on The Mehrabian Formula sebagai berikut:

1. Visual terdiri dari Non Verbal Delivery, adalah komunikasi selain suara atau tulisan yang tercermin dari bahasa tubuh dan gesture yang ditampilkan untuk mempertegas terhadap pesan yang disampaikan. Berikut non verbal deliver yang wajib dilakukan pada saat berbicara di depan publik:

Eye Contact, memastikan ada engagement dengan peserta melalui kontak mata, dengan adanya kontak mata, membuktikan bahwa pembicara menganggap peserta sebagai lawan bicara ada. Hal ini berpengaruh pada perasaan peserta yang dianggap keberadaannya berguna tak hanya sebagai pendengar namun dianggap sebagai partner bicara walau tidak sedang berbicara dua arah.

Body Language, menggerakkan tangan, membalikkan badan atau bertepuk tangan dan lain sebagainya diperbolehkan asal tidak berlebihan.

Facial Expression, ekspresikan wajah di saat menyampaikan pesan sesuai dengan kondisinya, apakah ketika menyampaikan kabar gembira, duka, sedih, terkejut atau perasaan gemas dengan ekspresi wajah yang disesuaikan. Menurut Renata, di sinilah letaknya sentuhan performing arts dalam public speaking.

Dress for Success or Dress for Impress, penampilan pembicara juga berpengaruh pada ketertarikan peserta untuk mengikuti acara sampai selesai, maka poin ini juga harus diperhatikan. Berpakaian yang sesuai dengan tema acara. Menarik namun tidak berlebihan.  

2. Voice/ Vocal, kejernihan suara diperlukan namun bukan berarti suara harus merdu atau harus bagus. Renata menjelaskan siapapun yang mempunyai suara, baik lembut, keras, serak atau bagaimanapun kondisinya, tetap bisa menjadi public speaker andal. Berikut hal yang harus diperhatikan dalam suara:

Good Articulation, artikulasi harus jelas dan jernih. Pelajari kosa kata yang benar beserta pengucapannya.

Intonation, intonasi kata berguna sebagai sentuhan seni dalam berbicara. Namun Renata mengingatkan, bahwa saat mengeluarkan intonasi kata, tidak terlalu datar, tidak terlalu dinamis dan tidak terlalu mendayu-dayu. Jadi posisikan suara tetap stabil namun ada intonasi dalam proporsi wajar.

Hindari Filler Words, ini adalah kata yang bunyinya keluar seperti umm…, eeee… atau euuu… dikatakan Renata, filler words akan mengganggu kenyamanan peserta.

3. Verbal, terdiri dari pesan yang akan disampaikan harus tepat pada pokok permasalahannya dan tidak berbelit serta mengaburkan poin-poin pentingnya.

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum memulai public speaking

Pointer, siapkan poin-poin penting yang akan disampaikan agar tidak melebar kepada topic yang tidak penting.

Knowing Audience, kenali peserta dengan cermat, apakah segmen muda, tua atau sebaya atau dari kalangan dan institusi apa, semua harus disesuaikan. Agar lebih nyambung dan pesan mudah tersampaikan. Seorang public speaker juga harus mampu membaca kondisi peserta. Jika terlihat sudah lelah, ngantuk atau ada kebosanan dalam raut wajah peserta, harus segera diatasi dengan berbagai aktivitas yang dapat menggugah semangatnya lagi. Misalnya, bertepuk tangan, mengajak ice breaking dengan games yang menggerakkan badan atau hal lainnya.

Antusias, Renata menegaskan, jika public speaker antusias di awal, maka peserta pun akan terbawa pada situasi yang bersemangat dan menular rasa antusiasnya.

Demikian tip yang dibagikan oleh Renata Tirta Kurniawan tentang bagaimana berbicara di depan umum agar percaya diri dan mampu menyampaikan pesan dengan baik. Satu lagi tip dari renata, bahwa ketika menyampaikan pesan di depan banyak orang, usahakan tidak membaca teks. Karena jika hanya membaca teks, itu namanya bukan public speaking, tidak disarankan juga menghafal atau mengingat. Karena dua hal ini, teknik membaca teks dan menghafal, tidak akan mengeluarkan aura dan ekspresi dari personalnya yang berbicara. Hasilnya malah terpaku pada teks yang dipegangnya atau mengingat-ingat yang harus diingat.

Membaca atau mengingat boleh saja hanya untuk hal-hal tertentu yang tidak boleh salah dibacakan. Misalnya, tanggal, nama dan jabatan atau istilah-istilah asing. “Untuk melancarkan kemampuan public speaking, sebaiknya terus berlatih dan berlatih secara konsisten.” Pungkas Renata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *