Sepuluh tahun terakhir internet dan media sosial semakin tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat. Menurut hasil survey dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) penetrasi pengguna internet di Indonesia tahun 2019-2020 berjumlah 196,71 juta pengguna. Jumlah ini sama dengan 73,7 persen dari total populasi Indonesia yang berjumlah 266,91 juta jiwa. Dan media sosial menjadi platform favorit setiap pengguna internet dalam aktivitas sehari-hari.
Karena daya tarik yang sangat kuat serta fitur-fitur yang mudah diakses, media sosial kian digemari dari hari ke hari. Melalui media sosial kita bisa berhubungan kembali dengan kawan-kawan lama dan bernostalgia. Tak hanya itu, media sosial pun bisa menciptakan pertemanan baru antar sesama pengguna yang memiliki ketertarikan yang sama.
Meski kita mendapatkan banyak manfaat dari internet, sayangnya mengakses media sosial dengan cara yang kurang tepat bisa berdampak buruk bagi penggunanya, terutama anak dan remaja.
Dampak Negatif Media Sosial
Media sosial bukan satu-satunya sarana yang bisa digunakan untuk mengisi waktu luang bagi anak-anak dan remaja. Namun dengan adanya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mengharuskan penggunaan gadget melebihi waktu yang biasa di tentukan oleh orang tua. Terkadang orang tua menjadi sulit membedakan apakah anak sedang benar-benar menggunakan gadget untuk keperluan PJJ atau justru sedang berselancar di media sosial?
Berikut ini adalah dampak negatif media sosial jika tidak dimanfaatkan secara tepat :
Anak dan remaja menerima terlalu banyak informasi. Mengkses media sosial secara terus menerus dapat menyebabkan anak dan remaja mengalami Too Much Information (TMI), terutama informasi yang tidak sesuai dengan usia anak.
Perasaan takut tertinggal akan sesuatu yang sedang trend di media sosial. Akibat dari dampak Too Much Information, setiap kejadian yang sedang hits di media sosial seolah wajib diikuti oleh anak dan remaja. Hal ini disebut juga dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO). Dengan perilaku ini semakin membuat anak dan remaja lebih intens mencari ataupun membagikan informasi melalui media sosial.
Cyberbullying menjadi dampak berikutnya, ketika terlalu banyak informasi dibagikan di dunia cyber. Selain itu juga bisa menyebabkan pencurian identitas, penipuan, penculikan dan kekerasan seksual.
Mengganggu kesehatan. Terlalu lama berada di depan gadget dapat menimbulkan gangguan kesehatan mata seperti mata minus atau Myopia. Posisi tubuh yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan gangguan bentuk tubuh seperti leher bungkuk. Dan menggunakan media sosial secara berlebihan tentunya mengganggu waktu istirahat dan mengurangi jam tidur, sehingga memiliki dampak kesehatan lainnya.
Minim komunikasi dengan keluarga. Pada waktu-waktu berkumpul bersama keluarga yang seharusnya saling berinteraksi, justru digunakan untuk melihat layar ponsel masing-masing. Tidak ada lagi obrolan hangat khas keluarga, yang tertinggal hanya rusaknya komunikasi dalam keluarga.
Golden Rules dan Smart Rules
Golden Rules telah banyak diterapkan dalam keluarga muda Indonesia untuk mengurangi interaksi anak dengan gadget. Seperti memanfaatkan hari libur sebagai waktu bersama keluarga, membatasi penggunaan gadget dan akses media sosial hanya boleh di waktu-waktu tertentu dan contoh dari orang tua yang tidak menggunakan gadget saat sedang bersama anak-anak.
Tetapi banyak sekali orang tua yang mengaku ‘sedikit’ melonggarkan aturan ini terkait PJJ. Karena sekolah dilakukan secara online dan orang tua pun sempat bekerja dari rumah menggunakan gadget-nya.
Maka diperlukan aturan baru agar anak dan remaja tetap berada pada zona aman bermedia sosial, yait dengan menerapkan Smart Rules.
Edukasi tentang informasi pribadi. Informasi yang diunggah ke media sosial bisa sangat cepat menyebar dan tidak bisa ditarik kembali. Jika yang dibagikan merupakan informasi pribadi bisa jadi disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan bisa menyebabkan tindak kejahatan.
Mempelajari media sosial yang digunakan anak. Orang tua harus memahami aktivitas online anak-anak. Dengan mempelajari media sosial orang tua dapat memantau dan sesekali menelusuri apa yang dibagikan anak-anak melalui akun media sosial, apakah masih aman atau telah melampaui batas.
Menerapkan pengaturan privasi. Karena sudah mempelajarinya orang tua bisa meminta anak-anak untuk mengatur privasi akun media sosial. Hal ini berhubungan dengan keselamatan dunia maya dan cyberbullying.
Dengan dampak baik dan buruknya keberadaan internet di masa sekarang, mari kita ciptakan rasa aman saat bermedia sosial terutama untuk anak dan remaja. Orang tua pun perlu menjadi teladan sebelum membagikan sesuatu di dunia maya. Yaitu dengan mempertimbangkan informasi yang dibagikan apakah sudah benar, dapat membantu, menginspirasi, diperlukan dan positif. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, ada baiknya untuk tidak dibagikan di media sosial.
Referensi : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak dan Pusat Kajian Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
-Dz-