Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November, di 2022 ini mengusung Tema Inclusion for Every Child. Peringatan Hari Anak Sedunia yang ditetapkan sejak 1954 ini berkelanjutan diperingati setiap tahunnya untuk mengakomodir aspirasi anak-anak kepada orang dewasa dan pihak-pihak berkepentingan. Untuk bergerak bersama memenuhi kebutuhan hak anak dari berbagai sisi.
Pemerintah, institusi dan masyarakat pun memanfaatkan momentum setiap peringatan Hari Anak Sedunia untuk mengevaluasi semua kinerja pihak-pihak yang merumuskan solusi bersama terkait pemenuhan hak-hak anak atas pendidikan, kesehatan, pemberian nutrisi seimbang, tempat tinggal yang layak serta hak-hak atas dokumen resmi sebagai warga negara.
Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar yang menjadi hak anak tersebut. Melansir dari data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2020, terdapat 19.379 anak yang terdampak di negara konflik.
Selain anak-anak di negara konflik, anak-anak di negara yang relative aman pun masih banyak pekerjaan-pekerjaan rumah yang masih harus dicari solusi dalam berbagai hambatan dan tantangannya. Berikut adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi dengan berbagai solusi:
1. Dampak Pemakaian Gawai dan Internet
Maraknya berita tentang satu aplikasi chat yang menyebabkan anak terjerumus pada tindakan asusila dan terjebak dalam perdagangan manusia karena dijadikan objek seksual oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, membuat semua pihak harus bergerak cepat dalam penanganan hal ini.
Jalan keluarnya adalah dengan meningkatkan wawasan literasi digital pada anak sejak dini. Dengan memberikan wawasan mendalam tentang kegiatan berinternet. Pemahaman ini harus diberikan secara intensif dan berkelanjutan. Jika perlu, dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran di sekolah.
Mengingat berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2018 tercatat pengguna internet di Indonesia sebanyak 65,34 persen adalah anak-anak berusia 9-19 tahun. Jadi, usia rawan ini patut dijaga dalam tingkat pemahaman literasinya agar anak-anak dapat membedakan baik dan buruknya informasi-informasi yang diterimanya.
Selain itu, masalah-masalah yang datang dari pemakaian gawai yang terhubung dengan internet seperti meningkatnya korban perundungan atau anak malah menjadi pelaku perundungan dan berdampak pada kesehatan mental yang akan menghambat masa depannya.
Selain edukasi pada anak, edukasi pada orang tua anak juga penting agar setiap orang tua dapat mendampingi dan membimbing anak-anaknya dalam aktivitas berinternet.
2. Pemenuhan Nutrisi Seimbang dan Tempat Tinggal yang Layak
Angka balita stunting yang merupakan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak di Indonesia masih terbilang tinggi di angka 30,8 persen menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Menduduki peringkat ke-5 dunia. Tentu saja ini adalah prestasi buruk yang harus segera diberikan penyelesaian.
Program edukasi yang harus menjangkau masyarakat akar rumput da nada penyegaran-penyegaran program yang interaktif antara pemangku kepentingan dengan masyarakat secara langsung.
Penyuluhan gizi yang disertai monitoring berkala dan penerapan 1000 Hari Pertama kehidupan dengan pendampingan volunteer di setiap titik sasaran, untuk memastikan implementasinya berjalan dengan semestinya.
Lalu, adanya program subsidi nutrisi bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu dan bantuan renovasi hunian di kawasan kumuh dan rawan penyakit serta hal-hal yang dapat membahayakan anak-anak.
3. Hak Pendidikan Dipastikan Terpenuhi
Anak-anak merupakan pundak-pundak yang akan memikul masa depan bangsa dan yang akan meneruskan pembangunan serta perjuangan ke depannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk diberikan berbagai fasilitas untuk memberikan kekuatan fondasi dalam pendidikan formal maupun informal.
Menurut data dari UNICEF Indonesia, sekitar 4,1 juta anak-anak dan remaja berusia 7-18 tahun menganggur. Tidak mempunyai akses untuk sekolah atau mengikuti kursus-kursus keterampilan lainnya. Tidak produktif dan tidak mengeluarkan potensi diri yang seharusnya diasah dan dikembangkan pada masa-masa ini.
Jika hal ini dibiarkan, akan mengakibatkan kerugian besar pada negara karena sumber daya manusia yang tertanam pada anak-anak tidak berhasil dioptimalkan dan dilibatkan dalam proses pembangunan bangsa karena terhenti akibat tidak mampu bersekolah dan mengembangkan segala potensinya.
Dalam moment Hari Anak Sedunia ini, semoga semua pihak yang berkepentingan dapat segera melakukan pembenahan dari berbagai sisi dalam pemenuhan hak anak. Bekerja sama antara pemerintah, institusi dan keluarga.
Selamat Hari Anak Sedunia!